Project 4.1 adalah perancangan penelitian medis di AS yang dilakukan terhadap penduduk Marshall Islands. Mereka diarahkan untuk melakukan tes nuklir dengan cara menjatuhkan bahan radioaktif dari tanggal 1 Maret 1954 di Bikini
Atoll, yang ternyata menghasilkan dampak dahsyat yang tak terduga sama
sekali. Setelah satu dekade tes itu dilakukan, efeknya pun mulai
nampak dan dikorelasikan dengan tes nuklir itu, yaitu meningkatnya
keguguran dan matinya janin sebesar dua kali lipat di 5 tahun pertama
setelah eksperimen itu, tetapi kemudian kembali normal lagi. Setelah 10
tahun, efek-efek lainnya bermunculan, anak-anak mereka menderita
kanker Thyroid.
Departemen Energi mengatakan bahwasanya penduduk Marshall ternyata dijadikan tikus dalam percobaan tsb.
2. Project MKULTRA
Project MKULTRA atau MK-ULTRA adalah kode untuk program
penelitian mind-control (pengendalian pikiran) yang dilakukan CIA,
yang dimulai pada tahun 1950an dan dilanjutkan hingga akhir 1960an.
Banyak yang mempublikasikan bahwasanya proyek itu dengan
sembunyi-sembunyi menggunakan berbagai macam obat-obatan, untuk
memanipulasi mental individual dan mengubah fungsi otak.
Eksperimen ini menggunakan LSD
(sejenis obat-obatan) yang diberikan kepada pekerja CIA, personel
militer, doktor, agen pemerintah, PSK, pasien kelainan mental dan
anggota lainnya untuk mempelajari bagaimana reaksi mereka. LSD dan
obatan lainnya diberikan tanpa adanya studi dan izin. Pelanggaran
terhadap Nuremberg Code yang telah disetujui AS.
Usaha untuk “merekrut” objek
penelitian yang telah disebutkan di atas pun ilegal, walaupun faktanya
obat-obatan yang digunakan telah terdaftar. Pada Operasi Midnight
Climax, CIA menyiapkan beberapa rumah pelacuran untuk memilih pria yang
dalam hal ini dia sangat malu menceritakan tentang kejadian di rumah
pelacuran tsb, berguna untuk merahasiakan hal itu. Kemudian pria itu
diberikan LSD, dan rumah pelacuran tsb kemudian diambil gambarnya untuk
difilmkan, guna penelitian lebih lanjut.
Pada tahun 1973, Direktur CIA,
Richard Helms memerintahkan agar semua file MKULTRA dihancurkan.
Sehingga menyebabkan investigasi terhadap kasus ini tidak dimungkinkan
lagi untuk dilakukan.
3. The Aversion Project
Tentara apartheid Afrika Selatan
memaksa prajurit lesbian dan gay kulit putih untuk menjalani operasi
‘sex-change’ pada tahun 1970an dan 1980an, menghukum mereka dengan
cara dikebiri, kejutan listrik dan eksperimen medis lainnya. Walaupun
jumlah pastinya tidak diketahui, ahli bedah dari tentara apartheid
memperkirakan sebanyak 900 tentara dikerahkan untuk operasi ini sejak
1971 hingga 1989 di rumah sakit militer, sebagai bagian dari program top secret untuk menumpas homoseksual.
Psikiater tentara dibantu oleh
pemimpin agama setempat dengan agresif “menguber-uber” tentara
homoseksual, mengirim mereka satu per satu menuju unit psikiater
militer. Bagi yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan, shock terapi,
pengobatan dengan hormon, dan maka akan dikebiri atau diganti alat
kelaminnya.
4. North Korean Experimentation
Telah banyak yang melaporkan bahwa
adanya eksperimen manusia terjadi di Korea Utara. Laporan kekejaman HAM
ini menunjukkan adanaya kesamaan dengan eksperimen yang dilakukan oleh
Nazi dan Jepun pada saat PD-II. Dugaan kekejaman HAM ini ditolak oleh
pemerintah Korea Utara, yang mana mereka mengklaim bahwasanya tahanan
di sana diperlakukan secara “manusiawi”.
Bekas tahanan wanita mengatakan
bahwa di penjara 50 tahanan wanita yang sehat dipilih dan diberikan
daun kol yang beracun, mereka harus memakannya walaupun mereka
menolaknya dan menangis karena dipaksa. Kesemuanya dalam waktu 20 menit
meninggal setelah muntah dan berak darah. Jika menolak untuk memakan
daun kol itu akan menyebabkan keluarga mereka yang akan jadi sasaran.
Kwon Hyok, bekas kepala keamanan
di Camp 22, menjelaskan adanya laboratorium yang dilengkapi dengan gas
beracun, gas untuk membuat mati lemas dan eksperimen “darah” dari 3
atau 4 orang, mungkin satu keluarga yang dijadikan bahan eksperimen.
Setelah menjalani pemeriksaan medis, bilik kemudian ditutup rapat dan
racun diinjeksikan lewat sebuah tabung, dan para “ilmuwan” kemudian
mengobservasi apa yang terjadi lewat kaca. Kwon Hyok mengatakan dia
telah menyaksikan sendiri bagaimana satu keluarga yang terdiri dari
satu ayah, satu ibu dan satu anak yang mati gara-gara gas, saat itu
orang tuanya mencoba menyelamatkan nyawa anaknya dengan cara bernafas
lewat mulut, walaupun ternyata itu sia-sia.
5. Poison laboratory of the Soviets
Laboratorium Racun (The Poison
Laboratory) Sovyet yang sangat rahasia juga dikenal dengan nama
Laboratory 1, Laboratory 2 dan “The Chamber”, yang merupakan fasilitas
penelitian dan pengembangan racun milik agen polisi rahasia Sovyet.
Mereka mengetes sejumlah racun mematikan dengan objek para tahanan
dari Gulag (musuh masyarakat), racun tsb antara lain gas mustard,
ricin, digitoxyn dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menemukan zat kimia yang tak berasa dan berbau yang tidak bisa
terdeteksi oleh alat-alat tertentu. “Kandidat” racun diberikan kepada
korban, lewat makanan dan minuman mereka, sebagai “obat”.
Dan berdasarkan testimoni para
saksi mata, korban kemudian berubah secara fisik, mereka menjadi lebih
pendek, cepat lelah, tenang, diam dan akhirnya mati dalam 15 menit.
Mairanovsky menggunakan berbagai macam kondisi untuk para korbannya
untuk mendapatkan gambaran yang berbeda-beda dari tiap racun.
6. The Tuskegee Syphilis Study
The Tuskegee Syphilis Study
(penelitian Siphillis Tuskegee) terhadap pria Negro merupakan
penelitian klinis yang dilakukan pada tahun 1932-1972 di Tuskegee, Alabama,
AS, yang mana sebanyak 399 pria Afro-Amerika miskin (ditambah 201
orang - kelompok kontrol yang tidak mengidap siphillis) yang merupakan
petani dan pastinya mengidap siphillis.
Penelitian ini kemudian menjadi
kontroversial karena dilaksanakan tanpa adanya perlindungan HAM
terhadap objek penelitian. Mereka yang didaftarkan di penelitian ini
tidak diberikan informasi mengenai hasil diagnosa terhadap mereka, dan
termasuk persetujuan untuk dijadikan bahan penelitian, bahkan mereka
dikatakan memiliki darah yang kotor “bad blood” dan diiming-imingkan
mendapatkan perawatan medis, kendaraan antar menuju klinik, makanan
dan asuransi kematian. Pada tahun 1932, ketika penelitian ini dimulai,
standar pengobatan untuk pengidap siphillis yang digunakan sangat
beracun, berbahaya dan efektivitasnya dipertanyakan. Sebenarnya lebih
baik para pasien pengidap penyakit kelamin tsb tidak ikut serta dalam
penelitian berbahaya ini.
Di penghujung penelitian ini,
hanya 74 orang yang tetap hidup. 28 meninggal langsung karena
siphillis, 100 karena komplikasi, 40 istri mereka tertular penyakit
ini, dan 19 anak mereka terlahir terkena penyakit siphillis bawaan.
7. Unit 731
Unit 731 merupakan penelitian biologi
dan kimia rahasia dan merupakan unit pengembangan tentara imperial
Jepun yang melakukan penelitian maut dengan objek manusia selama
perang Sino-Japanese kedua (1937-1945) dan PD-II. Penelitian
kontroversial ini bertanggung jawab atas adanya kriminalisasi dalam
perang yang dilakukan oleh serdadu Jepun.
Sejumlah kekejaman tsb dilakukan atas komando dari Shiro Ishii, seperti vivisection
(pembedahan hidup-hidup) termasuk di dalamnya dilakukan terhadap ibu
hamil yang dihamili sendiri oleh dokter bedahnya, amputasi anggota
tubuh para tahanan, pengangkatan bagian tubuh, membekukan bagian tubuh
tersebut, dan kemudian mencairkannya kembali saat ingin diteliti.
Manusia juga dijadikan objek tes granat dan pelempar api.
Para tahanan diinjeksikan virus
penyakit, untuk penelitian vaksinasi, dan melihat bagaimana efeknya.
Tahanan pria maupun wanita diinfeksikan penyakit siphillis dan
gonorrhea (penyakit kelamin) lewat permerkosaan dan kemudian diteliti.
Hingga akhir hayatnya, Ishii
belum pernah dipenjara atas kekejaman yang telah dilakukannya dan
meninggal di usia 67 tahun karena kanker tenggorokan.
Penelitian Nazi merupakan eksperimen
medis terhadap banyak orang yang dilakukan oleh rezim Nazi Jerman di
kamp konsentrasi selama PD-II. Di Auschwitz, di bawah arahan Dr.
Eduard Wirths, menyeleksi penghuni kamp untuk dijadikan bahan
penelitian untuk menolong personel militer Jerman, untuk memberikan
pertolongan pengobatan terhadap personel yang terluka.
Eksperimen terhadap anak kembar di
kamp konsentrasi juga dilakukan untuk meneliti bagaimana persamaan dan
perbedaan genetik mereka, dan untuk melihat bagaimana tubuh manusia
bisa “dimanipulasi”. Pimpinan pusat eksperimen adalah Dr. Josef
Mengele, yang melakukan eksperimen terhadap lebih dari 1.500 tahanan
kembar, yang hasilnya kurang dari 200 orang yang bisa bertahan hidup.
Mereka diatur berdasarkan umur dan jenis kelamin dan menempatkan
mereka di barak selama tes. Mata mereka diinjeksikan zat kimia yg
berbeda untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
Dan pada tahun 1942 Luftwaffe
memimpin eksperimen untuk mengetahui bagaimana pengobatan hypothermia
(penyakit karena kedinginan). Para objek penelitian yg dalam hal ini
manusia dimasukkan ke dalam tanki berisi air es selama lebih dari 3
jam dan mereka melihatnya dari atas. Penelitian lainnya menempatkan
para tahanan telanjang di tempat pendingunan selama beberapa jam .
Di antara Juli 1942 hingga
September 1943. Eksperimen untuk menginvenstigasi efektivitas dari
sulfonamida, agen antimikrobial sintetis, yang dipimpin oleh
Ravensbruck. Luka pada objek manusia diinfeksikan bakteri
Streptococcus, gas gangren dan tetanus. Sirkulasi darah dihentikan
dengan cara memutuskan pembuluh darah di dekat luka untuk menciptakan
kondisi yang sama di peperangan. Infeksi makin ditingkatkan dengan
cara memasukkan serbuk kayu dan serbuk kaca ke dalam luka. Infeksi
kemudian diobati menggunakan sulfonamida dan obat-obatan lainnya untuk
membandingkan efektivitasnya.(Indowebster.web.id)